Jumat, 17 Januari 2014

Yuan Xiao Jie (Cap Go Meh)

DISUSUN OLEH:
NAMA       : RATIH NURFITRI
PRODI        : SASTRA CHINA
UNIVERSITAS AL-AZHAR INDONESIA

A.  PENGERTIAN YUAN XIAO JIE (CAP GO MEH)
                Yuan Xiao Jie atau yang dikenal sebagai Cap Go Meh di Indonesia, merupakan salah satu perayaan hari raya masyarakat Tionghoa. Cap Go Meh dirayakan pada malam ke 15 bulan pertama Tahun Baru Imlek.
 Kata Cap Go Meh berasal dari Dialek, yaitu kata Cap Go yang artinya 15 dan Meh yang berarti Malam. Sedangkan  Kata Yuan Xiao Jie berasal dari kata Yuan Yue  (元月) berarti  Bulan Pertama, dan Xiao () yang berarti Malam.
            Yuan Xiao Jie merupakan penanda akhir dari Perayaan Tahun Baru. Dalam penerjemahan lain, Yuan berarti pertama, dan Xiao berarti malam. Sehingga, pada tanggal 15 inilah, merupakan malam pertama bulan purnama terlihat di Tahun Baru Imlek.
Perayaan Yuan Xiao Jie merupakan malam berkumpulnya  para sanak saudara. Pada malam ini, orang-orang bergembira. Lampion dengan berjenin-jenis warna dan beraneka ragam bentuk, dipasang di depan rumah maupun di jalanan.
Orang-orang kaya berlomba memasang lampion yang bagus dalam berbagai corak. Sehingga, Yuan Xiao Jie atau Cap Go Meh ini juga sering disebut sebagai malam Festival Lampion.
Yuan Xiao Jie sudah dirayakan di Tiongkok sejak 2000 tahun yang lalu. Di dalam kalangan masyarakat, ada beberapa versi tentang asual usul dilakukannya perayaan Cap Go Meh.

B.  LEGENDA PERAYAAN YUAN XIAO JIE (CAP GO MEH)
Setiap perayaan hari besar di Tiongkok, selalu ada legenda atau asal mula diadakannya acara tersebut. Yua Xiao Jie, yang juga merupakan perayaan hari besar Tiongkok, juga memiliki legenda asal mula mengapa acra ini diadakan. Terdapat beberapa versi legenda asal mula diadakannya Yuan Xiao Jie.
 Pada pembahasan berikut, merupakan beberapa versi beredar di masyakat, mengenai asal-usul dilaksanakannya Yuan Xio Jie.
  •  Versi Pertama

Pasa Era China Kuno, diceritakan ada seorang Dewa yang disebut Dewa Taiyi. Mereka mempercayai bahwa Dewa Taiyi menguasai kehidupan manusia. Dia memiliki 16 pasukan naga dibawah kekuasaannya. Dewa Taiyi dapat mendatangkan kekeringan, badai, kelaparan atau penyakit bagi manusia. 
Maka pada pemerintahan Kaisar Qin Shi Huang, Sang Kaisar memerintahkan untuk mengadakan perayaan (Yuan Xiao Jie) untuk diadakan setiap tahunnya.
Perayaan ini diadakan, dengan harapan agar Dewa Taiyi memberikan cuaca dan kesehatan yang baik bagi rakyatnya. Selanjutnya, pada masa Dinasty Han, Kaisar Wudi dari Dinaty Han juga membrikan perhatian bagi perayaan ini. Akhirnya pada masa Disnasty Han (104 tahun sebelum Masehi) acara ini dijadikan perayaan penting di China.
  •  Versi Kedua

Pada versi ini, banyak yang mempercayai bahwa Yuan Xiao Jie merupakan salah satu perayaan Taoisme. Tian-Guan yang dianggap sebagai Tuhan dari ajaran Taoisme,  yang mengarkan tentang berbuat baik dalam kehidupan, lahir pada tanggal 15 bulan pertama Tahun Baru Imlek. Tian-Guan merupakan sosok yang sangat terkenal.
Oleh para pengikutnya, pada hari kelahiran Tuhan mereka tersebut, dibuat perayaan agar mereka mendapatkan nasib yang baik.
  • Versi Ketiga

Agama Budha masuk ke China pada masa kekaisaran Mingdi pada masa Dinasty Han.  Pada suatu hari, Kaisar  bermimpi tentang manusia emas di istananya.  Ketika Kaisar ingin bertanya kepada lelaki itu, lelaki itu terbang dan menghilang di utara. Pada hari berikutnya, Kaisar Mingdi mengirim seorang sarjana untuk mencari Kitab Suci ke India.
Akhirnya sarjana tersebut kembali dengan membawa Kitab Suci. Setelah itu, Kaisar memerintahkan untuk dibangun sebuah kuil untuk menempatkan patung Budha, dan sebuah gudang untuk menempatkan Kitab Suci.
Para pengikut Budha mempercayai bahwa kekuatan Budha mampu menghalau kejahatan. Karena itulah, kaisar Mingdi mengadakan perayaan festival lampion, guna untuk menghormati Budha.

C.  YUAN XIAO JIE DI TIONGKOK
            Perayaan Yuan Xiao Jie di Tiongkok dirayakan oleh kalangan tua dan muda dari semua lapisan masyarakat. Bahkan pada jaman China Kuno, para Kaisar pun turut serta dalam acara ini.  Pada malam hari, orang-orang pergi keluar rumah untuk menikmati pemandangan lampion dari berbagai macam bentuk dan warna yang terpasang di jalanan dan di muka-muka rumah.
            Pada perayaan Yuan Xiao Jie, tidak ada peraayaan yang khusus perayaan ini dirayakan dengan berkumpulnya seluruh anggota keluarga. Mereka juga membuat Tang Yuan, yaitu sejenis makanan dari tepung ketan yang dibentuk menjadi bulat dan diberikan warna serta diberikan kuah dari gula. Makanan terbuat dari tepung ketan melambangkan ini keluarga yang lengket seperti tepung ketan, dan makanan ini berbentuk bulat yang melambangkan kerekatan kekerabatan serta mempererat hubungan kekeluargaan. Dan kuah yang terbuat dari gula melambangkan keharmonisan dalam keluarga. Beberapa keluarga  mengatur meja sembahyang di halaman depan rumahnya, yang kemudian melakukan sembahyang kepada Langit, Bumi, dan Manusia. Ajaran ini diajarkan oleh Tao-Guan, yang dikenal sebagai Teori 3 Yuan (Langit, Bumi, dan Manusia)
Permainan memecahkan teka-teki lentera juga ada di festival lampion. teka-teki lentera adalah permainan yang aneh dari karakter Cina. jawaban dari teka-teki tersembunyi di balik sebuah puisi yang indah atau pepatah umum yang tertulis pada kertas yang ditempel pada lentera festival, dan para pengunjung lentera harus mencoba untuk memecahkannya. itu mirip dengan "teka-teki silang". Permainan ini mulai ada sejak jaman Dinasty Song.


D.  PERAYAAN YUAN XIAO JIE DI INDONESIA
Di Indonesia, perayaan Cap Go Meh tidak sama seperti halnya seperti di Tiongkok. Tidak banyak lampion yang terpasang di muka rumah ataupun di jalanan. 
Orang-orang merayakan perayaan Cap Go Meh di Indonesia dengan pengarakan terhadap Joli Toapekong ( secara harafiah yaitu eyang buyut yang merupakan dewa yang sudah tua) dari Kuil. Padahal, Joli Toapekong sendiri tidak dikenal di Tiongkok.
Di Indonesia, perayaan Cap Go Meh dimeriahkan dengan diadakannya pawai Cap Go Meh, yang dilakukan dengan diiringi music tanjidor, tarian naga (tarian liong), dan tarian barongsai. Di depan tarian barongsai, terdapat seorang penari lainnya yang menggunakan topeng sambil membawa kipas, dan sesekali beratraksi.
Di Semarang, memakan lontong Cap Go Meh yang terdiri dari lontong, sambal goring, sate abing, opor ayam, dan onde-onde, menjadi salah satu adat istiadat yang dijalani untuk merayakan Cap Go Meh. Namun di Semarang, memiliki satu kesamaan dari perayaan tradisi Cap Go Meh yang dilakukan di Tiongkok. Yaitu memakan Tang Yuan, sejenis makanan dari tepung ketan yang dibentuk menjadi bulat dan diberikan warna serta diberikan kuah dari gula.
Di Indonesia,  sejumlah orang mengenakan pakaian layak halnya seperti pesta Halloween. Dan ada yang berpendapat, apabila orang sudah melakukan hal seperti itu, maka ia harus melakukannya sampai 7 kali di perayaan Cap Go Meh.

E.  DAFTAR PUSTAKA 
  • Selajang Pandang, Nio Joe Lan. Jakarta, Penerbit Kong Po, 1958
  •  PPS Cap Go Meh (Yuan Xiao Jie) Lantern Festival, Oei Hui Kiat. Singapore, 2012
  •   Talk About China in English – Culture, Wang Dejun. Shanghai Popular Science Publishing House, 2008
  •  Common Knowledge About Culture Chinese, Beijing Chinese Language College (BCLC), NJNU (Nanjing Normal University) dan Anhui Normal University. China, 1991
  •  Chinese Festivals: (Chinese Culture Book), Qi Xing. Foreign Languages Press,  2008

Tidak ada komentar:

Posting Komentar